Rabu, 20 Februari 2008

CERITA BASORI

Saya Akhmad Basori, sekarang menginjak semester delapan dan sedang berkuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia yang dalam sejarah banyak melahirkan banyak menteri ekonomi yang membangun negeri ini.

Aku kuliah disini sangat beruntung sekali. Aku tak menyangka aku bergaul dengan banyak golongan elit negeri ini, berbaur dengan banyak orang kaya dan orang yang lebih sukses dari aku. Tapi aku tak minder ataupun rendah diri dengan hal ini.

Walalu kuliahku nun jauh disana yang jauh dari kampung halamanku, Surabaya, aku tak bersedih hati. Walau aku berangkat hanya bermodal tekad toh akhirnya juga bisa. Banyak Rezeki yang aku dapat. Banyak syukur yang harus aku hanturkan.

Kuliah di jaman sekarang banyak biaya, makanya kalau tak diterima di negeri. Alamak, puyeng sakit kepala karena biaya mahalnya yang selangit. Apalagi aku dari keluarga yang perlu susah payah hanya sekadar untuk mencukupi sesuap nasi, dari seorang bapak dengan ketujuh anaknya. Untungnya dengan kesadaran kondisi ini maka aku harus punya keunggulan aku yang menjadi nilai lebih dan mampu membawa aku ke tangga kesuksesan hidupku.

Awalnya ibuku sangat menolak aku untuk kuliah di jakarta karena tiadanya biaya dan juga tak mampu orang tuaku untuk menghidupi aku di jakarta. Aku hanya bisa meyakinkan ibuku supaya membantu dengan doa yang seikhlas-ikhlasnya karena aku yakin ALLAH pasti membantu hambanya yang berusaha apalagi di jalan kebaikan yakni menuntut ilmu.

Nah akhirnya setelah melobi teman-teman aku yang mau membantu biaya kuliahku jadilah aku berangkat ke jakarta dengan modal yang cukup buat tiga bulan. Pikirku yang penting masuk UI dulu, masalah biaya nanti di pikirkan di sana. Entah kerja apapun aku mau asalkan halal dan tidak emngganggu kuliahku. Yah...itulah tekadku yang terus memacu aku untuk selalun semangat belajar dan membuktikan kepada orang tua dan keluargaku bahwa aku mampu hidup mandiri dan tidak membebani mereka lagi.

Setelah cukup berkutat dengan dunia kemahasiswan UI yang makin mahal dengn uang pangkalnya sepuluh juta namun setelah usaha keras yang akhirnya akupun nol biaya untuk biaya uang pangkal. Bersyukurnya aku.

Aapalgi menjelang tiga bulan menjemput detik-detik terakhir uang menipis untuk biaya hidup disini, aku mendapatkan pengumuman Beastudi Etos. Etoslah yang membiayai aku kulaih selam tiga tahun , memebri aku uang saku yang mampu membauatku bertahan hidup sebagai mahasiswa dan juga asrama yang tempatku berteduh dan belajar. Belum lagi program pembinaan yang membuatku sadar bahwa aku adalah manusia yang perlu diup grade mental dan skillnya supaya lebih berdaya lagi, berprestasi lagi dan lebih dahsyat lagi. Aku banyak mendapatkan materi training-training yang tidak kudapatkan di kampus yang cenderung memberi banyak kemampuan teoritis akademis.

Akhirnya setelah lulus pembinaan tiga tahun, banyak hal yang kurasakan manfaatnya. Sekarang aku punya profesi yang cukup bergengsi yakni menjadi MOTIVATOR JOSS yang sudah malang melintang dan itupun banyak kudapat ilmunya dari pembinaan-pembinaan Etos. Selaijn itu hal yang tidak bisa kulupakan adalah saat aku maju sebagai CALON KETUA BEM UI dimana aku berkeinginan mau mengabdi kepada almamaterku sekaligus mengharumkan korps etosku. Aku merasakan dukungan besar dari keuarga besar Etos yang tak tanggung-tanggung. Walaupun akhirnya aku kalah...kekompakan dan support Etos benar-benar membuat aku bangga luar biasa.

Hal yang sama juga dirasakan saudaraku di Etos Jogja UGM yang akhirnya kepilih. Selamat. Semoga amanah sebagai ketua BEM UGM mampu mengharumkan nama Etos dan Bangsa Indonesia umumnya.

Terimakasih Etos yang telah memberiku banyak keluraga baru, pengalaman baru, modal baru dan yang terpenting adalah semangat untuk memutus rantai kemiskinan. Sekarang aku bertekad untuk membuat makmur keuargaku, membuat makmur masyarakat di sekitarku dan lebih jauh lagi membuat makmur bangsaku.

dari dhuafa kita di Etos mencoba bangkit menjadi orang yang berguna, entah dengan menjadi kaya yang banyak sedekah, entah jadi cendekia yang banyak ilmunya atau entah jadi pengusaha yang banyak mengubah pengganggur menjadi pekerja.]

Tidak ada komentar: